Senin, 30 Desember 2013

Analisis Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dengan Menggunakan Pendekatan Resepsi Sastra

Laporan Makalah Teori Sastra

“ KASIH TAK SAMPAI ( ANALISIS NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA HAMKA MELALUI PENDEKATAN RESEPSI SASTRA)”



                                                Disusun oleh :
Nama              : Aini Rokhmawati
Nim                 : 2222121374
Kelas               : 1c
Prodi               : Diksatrasia                                      


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


I.                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Berbicara mengenai cinta memang sebuah pembahasan yang menarik. Benarkah demikian? Indah sungguh indah bila kita saling memiliki, melengkapi dan apabila semua itu dapat terwujud. Cinta memang suatu anugerah dari Allah. Cinta tidak dapat dilukiskan dengan apapun. Karena cinta membuat semua orang  terpana dan terlena oleh seisi dunia. Namun bagaimana jika cinta itu harus terhambat oleh sebuah adat istiadat yang kokoh dalam suatu negeri yang yang bersuku dan berlembaga, berkaum kerabat, dan berninik-mamak?
Dalam makalah inilah akan dideskripsikan mengenai novel Tenggelamnya Kapal Van Der wijck yang merujuk pada ciri-ciri sastra Balai Pustaka yaitu, tema berkisari tentang konflik adat antara kaum tua dengan kaum muda, kasih tak sampai, kawin paksa, bahan ceritanya dari MinangKabau, bahasa yang dipakai adalah bahasa Melayu, bercorak aliran romantik sentimental.
Pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck melukiskan kisah cinta dengan jalan ceritanya yang dilatar belakangi dengan peraturan-peraturan budaya.
Novel  ini sangat menarik karena membicarakan permasalahan cinta antara tokoh Zainuddin dengan tokoh Hayati. Selain itu Zainuddin, tokoh dalam novel tersebut yang merupakan keturunan Minang akan tetapi dibesarkan dikeluarga Bugis, ditolak permintaanya untuk menikah dengan Hayati karena Zainuddin dianggap miskin dan tidak setara dengan Hayati.
Pada makalah ini, difokuskan kepada pendekatan resepsi sastra yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana ‘pembaca’ memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya, sehingga menimbulkan reaksi atau tanggapan.


B.   Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pendekatan teori sastra ini adalah bagaimana pembaca dapat menilai sebuah karya sastra yang ada dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Rumusan tersebut kemudian akan dijabarkan melalui respon pembaca yang berbeda-beda antara pembaca yang satu dengan yang lainnya.
C.   Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menghasilkan tanggapan yang beraneka ragam dari tiap periode dengan periode lainnya.

II.                PEMBAHASAN
A.    Kajian Teori

·         Pendekatan Teori Resepsi Sastra
Kritik sastra memiliki peran yang penting dalam perkembangan teori sastra dalam salah satu teori tersebut adalah resepsi sastra. Resepsi sastra adalah bagian yang tak terpisahkan dari kritik sastra. Kritik sastra sendiri berasal dari bahasa Yunani krites yang berarti hakim. kata benda krites berasal dari kata kerja krinein yang berarti menghakimi. Kata krinein merupakan pangkal dari kata benda kriterion yang berarti dasar penghakiman. Lalu timbul kata kritikos yang berarti hakim karya sastra (Suyitno,2009:1).
Selanjutnya,Endaswara (2008:118) mengemukakan bahwa resepsi berarti menerima atau penikmatan karya sastra oleh pembaca. Resepsi merupakan aliran yang meneliti teks sastra dengan bertitik tolak kepada pembaca yang memberi reaksi atau tanggapan terhadap teks itu. Dalam meresepsi sebuah karya sastra bukan hanya makna tunggal, tetapi memiliki makna lain yang akan memperkaya karya sastra itu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa resepsi sastra merupakan suatu pendekatan yang menfokuskan perhatian kepada pembaca, yaitu bagaimana pembaca menilai atau mengkritik karya sastra terhadap teks tersebut.
B.     Dasar-dasar Teori Resepsi Sastra
Teori resepsi dikembangkan oleh RT Segers (1978) dalam bukunya Receptie Esthetika. Buku receptie Esthetika diawali dengan dasa-dasar resepsi sastra ditentukan ada tiga dasar faktor cakrawala harapan yang dibangun pembaca :
1.      Norma-norma yang terpancar dari teks-teks yang telah dibaca oleh pembaca.
2.      Pengetahuan dan pengalaman atas semua teks yang telah dibaca sebelumnya.
3.      Pertentangan antara fiksi dan kenyataan, yaitu kemampuan pembaca untuk memahami, baik secara  horison “sempit” dari harapn-harapan sastra maupun dalam horison “luas” dari pengetahuannya tentang kehidupan.

C.     Analisis Resepsi Sastra
Seperti yang disampaikan dalam bagian pendahuluan karya sastra yang akan di analisis menggunakan pendekatan resepsi sastra adalah novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya HAMKA. Dalam novel ini mengisahkan tentang percintaan yang penuh dengan pertentangan adat istiadat hingga berakhir pada kematian.
1.      Zainuddin dan Hayati
      Tokoh utama dalam novel ini adalah Zainuddin dan Hayati, mereka adalah sepasang remaja yang tidak bisa bersatu karena adat. Zainuddin adalah orang keturunan Minang namun dibesarkan di kalangan Bugis, sedangkan Hayati adalah perempuan keturunan Minang asli yang kental dengan peraturan adat setempat.
Zainuddin adalah seorang yang terdidik lemah lembut, baik hati, alim dan suka menolong orang banyak. Hayati adalah seorang gadis cantik yang menjadi korban dari kekjaman peraturan adat yang ada di daerahnya. Hal ini tampak pada saat Zainuddin melamar Hayati melalui sebuah surat yang akhirnya dibalas oleh keluarganya yang isinya amat dingin dan ringkas sebagai berikut :
Kepada orang muda Zainuddin, di Padang Panjang.
Surat orang muda telah kami terima dan mafhum kami apa isinya. Tetapi karena negeri Minangkabau beradat, bulat kata dengan mufakat, maka kami panggillah kaum keluarga Hayati hendak memusyawarahkan hal permintaan orang muda itu. Rupanya bulat belum segolong, picak belum setapik di antara kami semuanya, artinya belum sepakat. Oleh sebab kayu yang becabang tidak boleh dihentakkan, maka kami tolaklah permintaan orang muda, dengan mengatakan terus terang bahwa permintaan ini tiada dapat kami kabulkan.  (hlm. 114).
Surat itu adalah sebuah penolakan di atas nama adat. Disinalah peran pembaca untuk memberikan penilaian. Terkait dengan kutipan di atas mungkin pembaca yang ada di masa kini menilai bahwa tindakan tersebut merupakan kekejaman peraturan adat, atau mungkin mereka beranggapan bahwa adat ini merupakan suatu tradisi yang egoistis tanpa mementingkan perasaan. Berbeda dengan pembaca yang ada di masa lalu, mungkin mereka menilai bahwa kejadian seperti ini tidak asing lagi. Karena orang-orang pada zaman dahulu masih mematuhi dan menekankan adat-adat yang berlaku. Namun kejadian seperti itu hanya ada di daerah-daerah tertentu yang dilatar belakangi oleh peraturan adatnya.
2.      Konflik dalam kisah Hayati dan Zainuddin
Surat pada kutipan yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, merupakan sebuah surat yang berupa letusan yang tepat pada dadanya, maka sebuah surat yang kedua dari khadizah, yang mengaku sebagai temannya Hayati laksana sebuah bom yang meletus di tentang kepalanya. Ini adalah sebagian kutipan surat dari khadizah :
“ Hayati kini telah menjadi keluarga kami, telah diterima oleh kaum kerabatnya permintaan kami, dia telah bertunangan dengan abang saya Aziz, yang sekarang tengah bekerja pada suatu kantor di Padang”  (hlm.119).
Dari kutipan di atas, pembaca akan menilai bahwa benar peraturan adat itu menjadi tolak ukur sesorang untuk mendapatkan sesuatu yang yang sesuai dengan adat kebiasaan. Pembaca akan memberikan tanggapan bahwa bagaimana perasaan Zainuddin ketika mendengar kabar tersebut, terlebih ketika dia mendapat surat tolakan dari keluarga Hayati. Sedih memang sedih, hancur,  sakit hati itulah yang dirasakan Zainuddin.
Dua bulan lamanya Zainuddin sakit. Sakit yang boleh dikatakan penutup dari zaman angan-angan remaja dan pintu zaman yang baru untuk penghidupannya. Rupanya Allah masih mengizinkan dia hidup, padahal sudah beberapa kali di dalam sakitnya dia meminta mati. Namun, kini Zainuddin telah bangkit dari keterpurukannya. Zainuddin sekarang menjadi seorang pengarang termahsyur. Hingga setiap orang mengetahui dan memuji karangannya. Namun tak disangka Zainuddin kini bertemu dengan Hayati dan suaminya Aziz. Zainuddin merasa dekat, tetapi berjauhan. Karena Hayati telah bahagia dengan orang lain. Tapi Zainuddin tak mengetahui bahwa sebenarnya perkawinan mereka hanyalah perkawinan akad saja bukan perkawinan hati. Aziz kini telah mengalami kemunduran hingga dia tak tau harus tinggal dimana. Hingga pada saat itu dia tampak kebingungan. Ini terlihat pada percakapan Aziz dan Hayati sebagai berikut :
“ kemana kita akan pergi lagi?” kata Hayati ( hlm.180).
Akhirnya Aziz memutuskan untuk pergi ke rumah Zainuddin, dan berbincang-bincang tentang rumah tangganya. Dengan senang hati Zainuddin mengajak mereka untuk tinggal bersama.
     Ketika membaca cerita di atas, pembaca maka akan terbawa suasana dimana ada sesuatu yang membuat mereka ikut merasakan kesedihan dan bertanya-tanya mengapa cintanya Zainuddin dan Hayati tidak pernah menyatu? Apa karena adat? padahal Zainuddin sendiri adalah oarang keturunan Minang. Pembaca juga akan menilai bahwa harta bukanlah segalanya. Ini terbukti ketika Aziz mulai bangkrut dan akhirnya Zainuddinlah yang  mendapat gelar sebagai pengarang ternama. Meskipun demikian Zainuddin tetap menolong mereka yang sedang mengalami kesusahan dengan senang hati dibalik beban derita.
3.      Pengharapan dalam Air Mata Penghabisan
“ Saya kembalikan Hayati ke tangan saudara, karena memang saudaralah yang lebih berhak atas dirinya. Hampir dua tahun kami bergaul, ternyata pergaulan kami tidak cocok, karena dia saya dapat dengan jalan tipuan, meskipun berkulit nikah kawin. Akan lebih beruntung saudara mendapat dia, sebab dia seorang perempuan yang amat tinggi budinya. Dan dia pun akan lebih puas beroleh suami yang cocok dengan aliran jiwanya. Adapun saya sendiri telah memberikan Vonis atas diri saya “. (hlm. 193).

Pembaca dapat memberikan respon melalui kutipan surat dari Aziz yang dikirim untuk Zainuddin. Surat ini merupakan surat cerai yang dia tulis. Bahwa Aziz kini menyadari, dirinya tidak sesuai dengan Hayati. Hayati adalah perempuan yang tinggi budi, sedangkan ia adalah seorang yang rendah.
 pembaca pun akan menilai bahwa tokoh Zainuddinlah yang cocok untuk Hayati. Inilah kesempatan Zainuddin untuk meraih cinta tulusnya yang sempat terpendam karena faktor-faktor tertentu di masa lalu.
Ketidakberdayaan Aziz berujung kepada kematian. Kabar ini dimuat dilembar kedua dari salah satu surat kabar harian yang dikirim oleh reporter dari Banyuwangi, demikian bunyinya :
            “ MEMBUNUH DIRI DI HOTEL “
kemarin pagi, pelayan-pelayan di Hotel... telah ribut lantaran kamar yang ditumpangi oleh seorang tetamu yang hampir seminggu menumpang disana, sudah lewat pukul 9 belum juga terbuka. Kira-kira pukul 10 dengan bersama-sama mereka mereka membuka pintu dengan kekerasan. Setelah terbuka, telah didapati di dalamnya suatu keadaan yang amat ngeri.
            Penumpang itu tidang bangun lagi buat selama-lamanya, rupanay dia telah membunuh dirinya dengan jalan memakan Adali, obat tidur yang mahsyur itu lebih dari sepuluh buah. Tube obat itu terdapat di atas meja telah kosong.
            Polisi lekas diberi tahu. Dalam pemeriksaan polisi ternyata bahwa orang yang membunuh diri itu datang dari Surabaya, berasal dari Sumatera.
Sore itu juga setelah diselidiki oleh dokter, mayat itu telah dikuburkan di pusara orang islam di kota ini.. (hal. 195).
Pembaca, pada kutipan surat kabar di atas  beranggapan bahwa peristiwa yang terjadi pada Aziz adalah tindakan yang memang sengaja dilakukan oleh Aziz, karena ia tidak dapat menanggung malu atas perbuatan yang pernah dilakukan. Atau bahkan ada yang memberikan komentar bahwa Aziz hanya ingin mencoba menenangkan pikirannya dengan meminum obat tidur yang akhirnya menyebabkan dosis tinggi dan meninggal. Banyak sekali tanggapan yang dapat kita bandingkan antara pembaca A, B, C, D dan sebagainya.
Pasca meninggalnya Aziz, Hayati kini menaruh harapan banyak kepada Zainuddin agar mereka bisa bersatu dalam sebuah ikatan suci. Namun Zainuddin menolaknya. Misalnya dapat dlihat pada percakapan Zainuddin dan Hayati dibawah ini  :
“Saya akan berkata terus terang kepadamu, saya akan panggilkan kembali namamu sebagaimana dahulu pernah saya panggilkan, Zainuddin! Saya akan sudi menanggungkan cobaan yang menimpa diriku itu. Asal engkau sudi memaafkan segenap kesalahanku.”
 “Maaf?”kau regas, segenap pucuk pengharapanku kau patahkan, kau minta maaf?”
“Mengapa engkau telah menjawab sekejam itu kepadaku, Zainuddin? Lekas sekalilah pupus dari hatimu keadaan kita? Jangan kau jatuhkan kepadaku hukuman yang begitu ngeri! Kasihanilah seorang perempuan yang ditimpa celaka berganti-ganti ini”
“Lupakah kau,” katanya pula,“ siapakah di antara kita yang kejam? Bukankah kau telah berjanji, seketika saya diusir ninik mamakmu, sebab saya tak tentu asal, orang dina hina, tidak tulen Minangkabau. Ketika itu kau antarkan daku ke simpang jalan. Kau berjanji menunggu kedatanganku, meskipun akan berapa lamanya. Tapi kemudian kau beroleh gantiyang lebih gagah, kaya raya, berbangsa beradat, belembaga berketurunan.”
“Zainuddin... itukah keputusan yang engkau berikan kepadaku. Bukankah engkau telah termahsyur di mana-mana, seorang yang berhati mulia? Tidak!  Saya tidak akan pulang, saya akan tinggal dengan engkau disini. Biar saya kau hinakan, biar kau pandang sebagai babu yang hina. Saya tak perlu kau beri belanja berapapun banyaknya, saya perlu dekat kau!”
“ Tidak Hayati! Kau mesti pulang kembali ke Padang! Biarkanlah saya dalam keadaan begini. Pulanglah ke Minangkabau! Jangan hendak ditumpang hidup saya, orang tak tentu asal.. Negeri minangkabau beradat!.” (hlm. 196, 197, 198 dan 199).
Dari percakapan di atas, pembaca dapat memberikan makna bahwa Zainuudin tengah emosi karena ia teringat masa lalu akan kejamnya adat Minangkabau. Dan Hayati kini dilanda sedih dan terluka oleh perkataan Zainuddin. Harapan Hayati telah menjadi sebuah angan-angan belaka. Pembaca juga berpendapat bahwa yang dilakukan Zainuddin adalah hal yang wajar karena cintanya yang utuh pernah dipatahkan lantaran Zainuddin adalah orang miskin.
Hayati pun bergegas untuk pulang ke Negeri asalnya dengan menumpangi kapal.Namun, ketika diperjalanan kejadian yang tak disangka-sangka menimpa Hayati. Kapal yang ia tumpangi mengalami kecelakaan. Berita ini kemudian tersebar di berbagai surat kabar. Akhirnya Zainuddin pun membaca koran tersebut dengan badan yang gemetar, 59 penumpang dari kapal tersebut belum  ditemukan.Zainuddin terlihat cemas dan sedih. Kemudian  Zainuddin tanpa banyak kata mulai mencari Hayati dan alhamdulillah telah ditemukan dan di rawat di Rumah Sakit. Hayati kini tersadar dari pembaringanya dilihatnya wajah Zainuddin tenang-tenang, maka timbullah dari matanya, sekejap saja, pengharapan.
                       
“ kau.... Zain...”
“  Ya, Hayati! Allah rupanya tak izinkan kita bepisah lagi, bila telah berolek keizinan dari dokter, kita segera brangkat ke Surabaya.”
“ Zainuddin, saya dengar perkataan.... Tuan Dokter... saya tahu bahwa waktu... saya.. telah dekat.”
“ Tidak Hayati, kau akan sembuh, kita akan kembali ke Surabaya menyampaikan cita-cita kita, kita akan hidup beruntung, berdua! Tidak Hayati.. tidak!”
“ Sabar.. Zain, cahay kematian telah terbayang dumukaku! Cuma, jika kumati, hatiku telah senang, sebab telah ku ketahui bahwa engkau masih cinta kepadaku!”
“Hidupku hanya buat kau seorang Hayati!”
“Aku pum!..”
Beberapa menit kemudian dibuka matanya kembali, diisyaratkannya pula Zainuddin supaya mendekatinya. Setelah dekat, dibisikinya,“Bacakanlah..dua kalimat suci.. ditelingaku.”
Tiga kali Zainuddin membacakan kalimat syahadat itu, diturutkannua yang mula-mula dengan lidahnya, yang kedua dengan isyarat matanya, dan yang ketiga.. dia sudah tak ada lagi!. (hal. 215, 216 dan 217).
                       
Kini pembaca mulai menemukan tema cinta tak sampai dalam novel HAMKA ini. Dimana sebuah cinta murni yang penuh dengan harapan harus berujung pada kematian. Pembaca pula akan memberikan makna bahwa cinta memang tidak bisa dipaksa. Karena dalam cinta hatilah yang berbicara. Selain itu pembaca yang lain juga akan memberikan tanggapan bahwa betapa menyesalnya tokoh Zainuddin yang telah menyembunyikan perasaanya. Hingga ajal menjemput barulah dia mengatakan bahwa hidupnya hanya untuk Hayati seorang.
Setahun kemudian, Zainuddin pun meninggal karena sakit .


III.             SIMPULAN

Pendekatan resepsi sastra adalah pendekatan yang mengacu pada proses pengolahan tanggapan pembaca atas karya sastra yang dibacanya. Apresiasi pembaca pertama akan dilanjutkan dan diperkaya melalui tanggapan yang lebih lanjut dari generasi ke generasi. Dalam hal ini pembaca berperan untuk menafsirkan makna teks berdasarkan latar belakang budaya individu dan pengalaman hidup. Pada dasarnya, makna teks tidak melekat dalam teks itu sendiri, tapi dibuat dalam hubungan antar teks dan pembaca.
Dalam novel  Tenggelamnya Kapal Van Der wijck mengangkat tema kasih tak sampai karena terhalang oleh peraturan adat. Dalam ceritanya Zainuddin, tokoh dalam novel tersebut yang keturunan minang tetapi dibesarkan di keluarga Bugis, ditolak permintaanya untuk menikah dengan Hayati karena Zainuddin miskin dan dianggap tidak setara dengan Hayati. Peristiwa itulah membuat Zainuddin hilang arah dan jatuh sakit. Berbagai permasalahan muncul terus menerus dalam kehidupannya, terlebih ketika Zainuddin mendapatkan surat dari Khadijah yang mengaku sebagai temannya Hayati yang memberikan kabar bahwa Hayati akan menikah dengan abangnya yang bernama Aziz. Zainuddin kini semakin terpuruk. Cintanya kepada Hayati akan terhenti begitu saja.
Hayati dan Aziz pun menikah. Rumah tangga mereka hanya sekedar hubungan akad nikah , bukan hubungan akad hati. Kini Hayati dan Aziz bertemu kembali dengan Zainuddin di Surabaya. Dan ternyata Zainuddin saat itu telah menjadi seorang pengarang termahsyur. Pada waktu itu juga Aziz mengalami kemunduran, hartanya bendanya habis, rumah di sita, dan kehilangan pekerjaan. Aziz nampak kebingungan dan akhirnya Aziz berkunjung ke rumah Zainuddin dan disanalah akhirnya mereka ikut singgah. Keadaan Aziz saat itu lemah dan akhirnya jatuh sakit. Waktu silih berganti Aziz mulai sadar bahwa cintanya terhadap Hayati hanyalah nafsu belaka, Aziz menyesal dan insaf hingga perkawinannya berujung pada perceraian. Namun sebelumnya Aziz telah membuat surat untuk Hayati dan Zainuddin. Tak disangka itu adalah pertemuan terakhir karena Aziz kini telah meninggal karena bunuh diri di sebuah hotel. Saat itulah Hayati mengungkapkan kembali perasaanya kepada Zainuddin. Namun ternyata Zainuddin tak menghiraukan karena pucuk pengharapannya telah dipatahkan pada tempo lalu. Zainuddin melainkan meminta Hayati untuk pulang kembali ke Negeri asalnya yaitu Minangkabau beradat. Di tengah kesedihan Hayati kini bersiap untuk pulang ke Negerinya dengan menaiki sebuah kapal. Namun dengan segenap pengharapannya Hayati memberikan surat terakhir kepada Zainuddin yang disampaikan melalui Muluk temannya Zainuddin. Di perjalanan Hayati, sesuatu yang tak di sangka-sangka tiba melalui surat kabar bahwa “ KAPAL VAN DER WIJCK TENGGELAM” saat  itu Hayati ditemukan dalam keadaan luka parah. Setelah hampir setengah jam Zainuddin dan muluk duduk di sekitar pembaringan Hayati pun sadar dan selang beberapa waktu hayati meninggal. Zainuddin menyesal karena sesungguhnya masih melekat cintanya untuk Hayati. Ketidakberdayaan Zainuddin menahan semua ini membuatnya sakit dan setahun kemudian terbit dalam surat kabar kota Surabaya bahwa “ZAINUDDIN PENGARANG YANG TERKENAL WAFAT”.
Peran pembaca dapat menilai bahwa novel HAMKA “ Tenggelamnya Kapal Van DER Wijck” merupakan cerita cinta yang berujung pada kematian. Cinta yang tak pernah tersampaikan, namun kisah cinta sepasang remaja tersebut merupakan cinta murni yang dilandasi dengan keikhlasan dan kesucian jiwa.  



PUSTAKA ACUAN

HAMKA,2008. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Jakarta:PT Bulan Bintang.


KEINDAHAN CARITAKU

Assalamu'alaikum  wr.wb

Lama rasanya tidak membuka blog ini. Saya Aini Rokhmawati, bertempat tinggal di sebuah tempat yang terkenal dengan pariwisatanya. Tahukah anda dimanakah itu? ya, Carita itulah daerah kelahiran saya. untuk lebih jelasnya, saya akan sedikit medeskripsikan keindahan caritaku (PANTAI CARITA).

PANTAI CARITA
Pantai Carita adalah sebuah pantai di pesisir barat provinsi BantenIndonesia. Pantai ini merupakanobyek parawisata pantai di Indonesia yang cukup terkenal selain Pantai AnyerPantai Karang Bolong dan Pantai Tanjung Lesung.
Pantai Carita merupakan objek wisata yang terletak di Kabupaten Pandeglang dan telah ditetapkan berdasarkan SK Menteri Pertanian No.440/kpts/UM/1978 pada tanggal 15 Juli 1978 sebagai Taman Wisata Alam. Pantai ini terkenal dengan pasir pantainya yang putih sehingga membuat kawasan ini sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Pantai Carita kaya akan sumber daya alamnya. Hamparan tepian yang amat landai dengan ombak laut yang kecil dan lembut menyapu di sepanjang pantai, dipadu dengan pemandangan Gunung Krakatau.
Pantai Carita merupakan pantai yang ramai di kunjungi para wisatawan dari luar kota maupun para wisatawan asing. Sepanjang ruas jalan Labuan-Carita biasanya akan sangat padat oleh kendaraan beroda empat pada setiap Hari Raya Idul Fitri dan tahun baru, biasanya para pelancong termasuk penduduk sekitar memilih untuk menikmati keindahan pantai Carita pada hari- hari itu, tetapi pengunjung harus tetap waspada terhadap kecelakaan yang mungkin terjadi, yang disebabkan oleh jalanan yang rusak dan berlubang, dan juga harus berhati-hati saat berenang pantai Carita karena dibeberapa tempat terdapat pasir atau bibir pantai yang menjorok ke laut, serta ketinggian ombak yang dapat mencapai beberapa meter pada saat cuaca hujan. Para wisatawan yang berkunjung dapat menikmati berbagai wahana yang disediakan oleh penduduk sekitar, seperti banana boat, selancar atau lainnya. Selain itu para wisatawan dapat menyewa penginapan atau Hotel yang berlokasi di sepanjang pantai Carita, yang menghadap ke laut pantai Carita, sehingga pengunjung dapat menikmati indahnya sunset di senja hari.

Pantai Carita
Sambolo-carita.jpg
Pantai Sambolo Carita Banten
Pantai Carita is located in Indonesia
Lokasi di Indonesia
Informasi tempat wisata
LokasiKabupaten Pandeglang,Banten
Negara Indonesia
Koordinat6,29°LS 105,84°BTKoordinat6,29°LS 105,84°BT
Pembukaan15 Juli 1978
Jenis objek wisataWisata pantai

Sensasi Keindahan Pantai Carita


DEBURAN ombak kecil yang saling berkejaran mewarnai indahnya Pantai Carita yang terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Hamparan pasir putih yang membentang tak putus begitu menawan dipandang mata. Begitu pula Gunung Krakatau yang berdiri menjulang di kejauhan, semakin melengkapi keindahan panorama di Pantai Carita. Indahnya Pantai Carita bisa memikat setiap orang yang berkunjung dan membuat jatuh cinta. Pantai Carita menjadi salah satu objek wisata populer yang mampu menyedot banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Pasir putih nan lembut, tiupan angin beraroma khas pantai yang sejuk karena dipayungi pepohonan rindang, merupakan sensasi yang langsung terasa ketika tiba di Taman Wisata Alam Pasir Putih Pantai Carita.

Sensasi seperti ini baru sedikit saja dari sejuta keindahan yang bisa didapat wisatawan ketika berada di objek wisata pantai yang telah dikelola secara profesional sejak 20 tahun silam. 
Di Taman Wisata Alam Pasir Putih Pantai Carita, wisatawan akan dimanjakan dengan berbagai fasilitas objek wisata yang akan sulit ditemui di daerah lain. Olahraga air yang ada di Pantai Carita beraneka ragam, di antaranya banana boat, jet ski, snorkeling, dan diving. Bahkan Pantai Carita menyediakan jasa tur ke Krakatau untuk melihat gunung yang sempat menghebohkan seluruh dunia yaitu Gunung Krakatau. Anda bisa melihat Gunung Krakatau dari jarak yang sangat dekat, bahkan bisa berfoto-foto bersama keluarga di Gunung Krakatau. Selain tur ke Krakatau, Pantai Carita juga menyediakan tur ke Taman Nasional Ujungkulon untuk melihat binatang purbakala yang masih ada di Taman Nasional Ujungkulon, yaitu badak bercula atau badak jawa. Selain badak jawa, di Taman Nasional Ujungkulon ini Anda sekeluarga bisa menjumpai beraneka ragam binatang yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Semua kegiatan di laut ini, bisa dilakukan dengan tenang dan nyaman karena di tempat ini disiagakan lifeguard profesional yang selalu siaga melindungi wisatawan.
Selain itu, di Pasir Putih bisa dilakukan berbagai kegiatan kelompok, seperti tarik tambang dan permainan lainnya yang dilengkapi area parkir yang luas (bisa menampung 150 bus), kamar mandi sebanyak 180 unit, dan fasilitas beribadah berupa musala. Tempat ini sangat cocok untuk berwisata bersama keluarga, teman kantor atau kelompok besar lainnya.

Para wisatawan yang hobi memancing di sinilah tempat yang tepat untuk menyalurkan hobi memancing Anda. Selain pantainya tenang, di sini juga banyak lokasi yang bisa di jadikan tempat memancing. Keutamaan Pantai Carita adalah pantai yang berpasir putih dan lautnya yang tenang tanpa karang dan aman untuk berenang.
Pantai Carita juga memiliki objek wisata taman laut yang indah. Taman laut ini berada di pesisir Pantai Caringin yang bisa di tempuh dengan waktu lima belas menit perjalanan air dari Pantai Carita menggunakan perahu, boat, dan jet ski. Di taman laut Carita ini, Anda sekeluarga bisa menikmati pemandangan yang luar biasa dari tengah laut sambil menikmati segarnya kelapa muda.
Pantai Carita juga banyak menyediakan beragam kuliner khas Banten yang bisa di jumpai hampir di setiap rumah makan di kawasan Pantai Anyer dan Carita. 
Bagi Anda yang ingin menghabiskan akhir pekan bersama keluarga, Pantai Carita yang sering disebut sebagai Balinya Pulau Jawa, merupakan pilihan tepat.
Objek wisata seluas 2,5 ha ini, juga sangat mudah dijangkau. Kondisi jalan yang cukup baik dengan sajian pemandangan alam di sepanjang perjalanan, membuat waktu 4-5 jam perjalanan dari Jakarta tidak akan terasa apa-apa. Apalagi tiba di Taman Wisata Alam Pasir Putih Pantai Carita, Anda akan langsung disambut suguhan musik live dari panggung hiburan. Bagi yang ingin membawa oleh-oleh buat kenang-kenangan atau buah tangan, di Pasir Putih ini juga tersedia pasar rakyat yang menyediakan berbagai cenderamata dan makanan khas Banten, khususnya Pandeglang.


Sumber Acuan

Butir-butir Do'a Dalam Coretan Tintaku


to: Nashef Rahman Ismail

Untukmu wahai pengisi hatiku semoga Allah meridhai, aamiin…


Isi do’aku untukmu:
      Ya Allah..
      Jika memang dia digariskan untukku
      Maka pertautkanlah selalu hati kami dimana pun kami berada
      Jaga dia selalu karena Engkau adalah sebaik-baiknya penjaga
      Jika dia berada di jalan yang salah maka tunjukan dia ke jalan yang Engkau Ridhai
      Jika dia sedang khilaf maka maafkanlah dia
      Ingatkan dia selalu akan tujuan utamanya
      Fokuskan dia untuk mencapai cita-citanya
      Jauhkan dia dari godaan yang dapat menjerumuskan
      Aku disini akan selalu mencintainya

      Semoga dia dapat merasakan apa yang aku rasakan .. aamiin J